POROSRAKYAT.ID — Momentum Hari Tani Nasional di Gorontalo tahun ini terasa berbeda. Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Boliyohuto Raya Gorontalo (IPMBRG) mendatangi tiga instansi strategis di tingkat provinsi, yakni Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Gorontalo pada Selasa (24/9).
Dengan semangat perlawanan yang diwariskan para petani sejak zaman kolonial, IPMBRG menyuarakan keresahan masyarakat tani yang hingga kini masih terpinggirkan. Mereka menegaskan bahwa peringatan Hari Tani Nasional bukan sekadar upacara dan seremonial belaka, melainkan panggung untuk menggugat kebijakan pemerintah yang dianggap abai terhadap nasib petani.
“Petani kita masih menjerit. Pupuk bersubsidi dikuasai mafia, harga jagung tidak stabil, harga tebu semakin anjlok, tambang ilegal merusak lahan pertanian, dan sengketa tanah makin parah. Hari ini kami berdiri di sini untuk menegaskan: pemerintah jangan tutup mata!” tegas Tofandra Ketua Umum IPMBRG dengan lantang dalam audiensi.
IPMBRG menyampaikan lima tuntutan utama, antara lain:
1. Evaluasi kinerja Dinas Pertanian, Dinas LHK, dan BPN Provinsi Gorontalo yang dinilai gagal menjawab kebutuhan petani.
2. Bongkar praktik mafia pupuk dan pastikan distribusi tepat sasaran.
3. Stabilkan harga komoditas pertanian agar petani tidak terus merugi.
4. Hentikan tambang ilegal yang merusak lingkungan dan lahan pertanian.
5. Tuntaskan sengketa lahan yang merugikan masyarakat tani.
Pihak instansi pemerintah yang ditemui menyatakan siap menindaklanjuti aspirasi mahasiswa. Namun, IPMBRG menegaskan tidak akan tinggal diam.
“Kami akan terus mengawal, bahkan siap turun ke jalan jika janji-janji ini hanya menjadi formalitas. Suara petani adalah harga mati!” pungkas Ketua Umum IPMBRG.
Audiensi ini menjadi sorotan publik, karena menghadirkan kembali semangat perjuangan petani di momentum Hari Tani Nasional: bahwa kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani adalah fondasi masa depan bangsa.
