POROSRAKYAT.ID – Upaya pencegahan terhadap ancaman paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme terus digalakkan oleh aparat keamanan. Tim Cegah Satgaswil Gorontalo Densus 88 Anti Teror Polri bersama Subdit IV Kamneg Dit Intelkam Polda Gorontalo menggelar kegiatan sosialisasi di SMK Kesehatan Bakti Nusantara Gorontalo.
Kegiatan yang diikuti oleh para siswa, guru, serta pihak manajemen sekolah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bahaya laten radikalisme dan terorisme yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sosialisasi ini juga menjadi langkah nyata kepolisian dalam membangun kesadaran generasi muda agar lebih waspada terhadap pengaruh ajakan yang mengarah pada sikap intoleran.
Dalam kesempatan tersebut, Tim Densus 88 bersama Dit Intelkam Polda Gorontalo menjelaskan secara detail mengenai bagaimana kelompok radikal biasanya menyusup melalui media sosial, pertemanan, maupun lingkungan sekitar dengan menggunakan narasi keagamaan maupun isu sosial untuk menarik simpati. Para pelajar diajak untuk kritis terhadap informasi yang diterima, serta diminta agar selalu menyaring berita atau ajakan yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Selain itu, siswa juga dibekali pengetahuan tentang tanda-tanda awal yang bisa dikenali apabila seseorang mulai terpapar paham radikal, seperti perubahan perilaku, eksklusif dalam pergaulan, hingga penolakan terhadap perbedaan. Dengan pemahaman ini, diharapkan pelajar dapat menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dan mencegah berkembangnya paham tersebut di lingkungan mereka.
Pihak sekolah menyambut baik kegiatan ini. Kepala SMK Kesehatan Bakti Nusantara menyampaikan apresiasi tinggi kepada Tim Cegah Satgaswil Densus 88 dan Polda Gorontalo yang telah memberikan edukasi langsung kepada para siswa. Menurutnya, kegiatan ini sangat relevan dan penting, mengingat generasi muda saat ini rentan menjadi target kelompok radikal melalui berbagai platform digital.
Tim Densus 88 juga menekankan bahwa pelajar adalah aset bangsa yang harus dijaga. Dengan bekal ilmu pengetahuan, wawasan kebangsaan, serta sikap toleran, generasi muda diharapkan tidak hanya mampu melindungi diri mereka sendiri, tetapi juga bisa menjadi agen perubahan dalam menjaga kerukunan dan persatuan di tengah masyarakat.
Melalui sosialisasi ini, pihak kepolisian berharap muncul kesadaran bersama bahwa pencegahan radikalisme dan terorisme bukan hanya tugas aparat, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua elemen bangsa, termasuk kalangan pelajar.